Breaking News

BIARPUN ARAL MENGHADANG ...AKU TETAP KADER PKS


“Ngapain to, anak-anak perempuan ngurusin partai?”, kata ibu seorang teman malam itu. Meski nadanya goyunan, tetap aja rasanya makjleb dalam hati.

Malam itu, malam kesekian kami berlima perempuan semua rapat DPRa, pengurus tingkat desa dari PKS. Jangan bayangkan seperti rapat-rapat partai pada umumnya yang hingar bingar, lengkap dengan sound system, bendera, simbol partai, tokoh-tokoh masyarakat yang berjejer, hidangan prasmanan lengkap sampai dengan amplop uang saku menanti ketika pamit pulang.

Kami lesehan aja di atas tikar plastik, berpiring gorengan menemani. Tak ada bendera atau backdrop yang tertempel. Paling hanya stiker kecil tertempel di notebook aja. Kenapa cuma berlima? Ya hanya itu saja adanya. Sebagai kader, sebagai pengurus, bahkan ketika pemilu pun hanya itu saja suaranya. Paling hanya tambah keluarga terdekat.

“Iya, ngapain sih kita ngurusin partai?”
Tugas kuliah aja bejibun, kerjaan numpuk, bahkan tiap bulan dikejar cicilan motor. Sepanjang sibuk full aktivitas. Malam-malam harus ketemu lagi rapat ngalor ngidul cari suara yang sudah beberapa kali pemilu gak nambah-nambah. Paling satu TPS 12 biji doang.

Perempuan lagi. Mau masang bendera pas pemilu aja rasanya berat banget. Mungkin, orang-orang mikir enakan di rumah. Belajar yang bener, ngejar karir dan status sosial yang lebih jelas. Kupikir-pikir, “Iya ya. Kita ngejar apaan sih?”

Tambah galau lagi, ketika pulang larut. Mau gedor-gedor pintu keras, gak enak sama tetangga. Ketuk pelan, orang rumah gak ada yang dengar karena udah tidur semua. Pun akhirnya, jika dibukakan pintu, disambut dengan muka masam. “Perempuan pulang malam terus,” gerutu Ibu.

Oh, My Rabb!
Ketika masa pemilu datang, perintah untuk silaturahmi door to door pasti datang. Metode ini selalu menjadi strategi utama. Konon, katanya berdasarkan studi penelitian adalah metode yang paling efektif menjaring suara. Apapun itu, yang jelas cara yang paling murah. Tidak usah pakai biaya mengumpulkan massa yang pasti ada anggaran konsumsi, sewa sound, tempat, ribet ngurus perijinan dan lain sebagainya.

Kami, berlima pun dengan semangat “spreading”. Malam-malam kumpul, bikin bunga kertas dan surat cinta. Pagi-pagi rencana mau serangan fajar. Jangan bayangkan serangan fajar yang dimaksud seperti yang dilakukan partai sebelah. Bagi-bagi selembar uang biru atau merah dengan perjanjian khusus.

Subuh-subuh, kami muter ke seluruh rumah sekampung. Bawa amplop? Amplop dari mana? Ya bawa bunga dan surat cinta tadi itu. Surat dengan profil PKS. Tiap depan pintu kita ketok satu-satu. Bunga kertas dan surat cinta cantik ditaruh di depan pintu. Sarapan? Mana ingat. Mandi? Kayaknya lupa. He..hee.. pokoknya malam lembur bikin bunga, tidur bentar, langsung deh bangun lagi muter-muter kampung.

Hasilnya??? Olala... pas pemilu, suara yang segitu-gitu aja. 12 orang. Bisa dihitung. Paling ya cuma kader dan keluarga sendiri.
Galau apa lagi yak? Banyak kalau mau didaftar satu-satu. Tapi entah kenapa, gak kapok juga. Tetap aja jalan terus. Tetap aja dakwah terus. Tetap saja bergerak terus.
Mungkin karena sudah terlanjur cinta kali ya. Orang bilang kader PKS dicuci otaknya. Kader PKS dihipnotis sama pemimpinnya. Tiap pekan didoktrin. Strategi kampanye aneh. Gak bakalan menang.

Terserahlah lo bilang apa! Emang ngefek sama gue. Gue cuma mau bilang, “Gue galau, tapi gue tetap kader PKS!”

Ditulis oleh : AMP (Praktisi Dakwah Pemuda)

No comments

Tulis komentar Anda!