Breaking News

Mengembalikan Makanan Yang Hilang


dan makan dan minumlah sesukamu dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS Al-A'raf:31)
Salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah pangan. Kebutuhan konsumsi pangan di Indonesia melebihi produksi pangannya. Hal tersebut seringkali menjadi alasan untuk mengimpor bahan pangan. Besarnya kebutuhan konsumsi juga menyebabkan harga pangan seringkali meningkat. Harga pangan yang tinggi menjadikan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat tidak merata terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

Lahan Indonesia luas dan subur. Melalui pengelolaan yang baik tentu akan dapat memenuhi kebutuhan pangan. Pada kenyataannya, Indonesia selalu mengalami kekurangan bahan pangan. Hasil produksi pangan Indonesia yang cukup besar ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi rakyatnya. Salah satu penyebab masalah tersebut adalah food looses.

Food looses atau kehilangan pangan merupakan salah satu masalah pangan yang jarang sekali menjadi perhatian. Hasil panen mulai dari raw material hingga menjadi makanan siap saji mengalami banyak kehilangan. Hanya sebagian kecil bahan pangan yang dapat dikonsumsi dari sekian banyak bahan pangan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan yang dihasilkan.

Bahan pangan telah mengalami kehilangan sejak dipanen. Semisal bisa kita lihat dari sejumlah bahan pangan, tidak semuanya dapat dijual atau dikonsumsi. Beberapa hasil panen yang belum masak sempurna atau cacat seringkali oleh petani Indonesia dibuang begitu saja. Proses pembersihan dan pengolahan juga turut menyumbang jumlah bagian bahan hasil pertanian yang hilang.

Bahan pangan juga mengalami penyusutan dan kehilangan selama proses distribusi. Proses distribusi dari petani hingga sampai kepada konsumen membutuhkan waktu sehingga mengalami pembusukan. Bahan pangan juga mengalami kehilangan saat pengangkutan, seperti tercecer, tergores, dan memar. Bagian-bagian yang rusak tersebut umumnya dibuang begitu saja karena tidak bisa dikonsumsi. Masalah kehilangan bahan pangan selama pengolahan dan distribusi tersebut dapat diatasi dengan pengembangan teknologi.

Hal yang paling penting dari penyelesaian masalah kehilangan pangan selanjutnya adalah masalah pola konsumsi. Konsumsi yang berlebihan seringkali membuat sumberdaya pangan terbuang sia-sia. Orang-orang dengan kelas ekonomi menengah ke atas kebanyakan memiliki pola konsumsi yang berlebihan. Keadaan ekonomi yang bagus membuat seseorang membeli bahan pangan dalam jumlah banyak padahal seringkali tidak habis dikonsumsi dan dibuang begitu saja. Konsumsi yang berlebihan pada sebuah acara, pesta atau hari raya juga menambah jumlah makanan yang terbuang. Jika kita hitung jumlah makanan yang terbuang dari sekian banyak keluarga dan kegiatan-kegiatan di Indonesia, maka jumlah kemubadzirannya akan sangat banyak.

Pola konsumsi patut menjadi perhatian dalam menyelesaikan masalah pangan. Pola konsumsi yang berlebihan dan cenderung mubadzir, selain mengurangi keberkahan, juga menjadikan distribusi bahan pangan tidak merata ke semua lapisan masyarakat. Bahan pangan banyak dikuasai oleh mereka yang mampu membeli saja sedangkan masyarakat miskin hanya mampu merasakan sebagiannya. Jika kita mau memperbaiki pola konsumsi dan meminimalisir kehilangan pangan akibat terbuang sia-sia, maka Indonesia akan dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tanpa harus impor.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya undang-undang yang mengatur tentang konsumsi pangan agar tidak ada makanan yang terbuang sia-sia sementara masih banyak rakyatnya yang kekurangan pangan. 

Mungkin bisa mencontoh Jerman dengan memberlakukan punihsment berupa denda untuk setiap makanan yang tidak dihabiskan dan dibuang sia-sia saat makan di restoran. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pola konsumsi pangan harus dibangun untuk mengurangi pemborosan konsumsi pangan. Sehebat apapun teknologi pertanian dan pangan dalam menyediakan bahan pangan tidak akan pernah bisa mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat jika pola konsumsi masyarakat yang berlebihan tidak segera diubah.

Ibrahim Aghil
#RelawanLiterasi Jawa Timur

No comments

Tulis komentar Anda!