Breaking News

Sosialisasi Restcoking Ikan Lokal Daratan, Mengembalikan Habibat Ikan Lokal Seperti 30 Tahun Lalu

Muh Ajrudin Akbar, bersama penduduk Karangasem


Muh. Ajrudin Akbar, S.Sos.I anggota DPRD Provinsi D.I.Yogyakarta dari Fraksi PKS berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan D.I.Yogyakarta  menggelar sosialisasi restocking sumber daya ikan lokal daratan kepada Karang Taruna Permika (Persatuan Pemuda Pemudi Karangasem) , Padukuhan Karangasem, Sidomulyo, Pengasih pada Rabu, 6/9/2023.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Jeni Widiyatmoko, Anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo bersama beberapa pengurus padukuhan. Jeni mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan aspirasi FPKS melalui Ajrudin akbar untuk mendukung terjaganya kelestarian lingkungan dan ketersediaan ikan, yang dapat dilakukan bersama para pemuda karang taruna.

Restocking ikan sudah jadi kegiatan rutin dinas kelautan. Bagaimana kita diberikan wawasan tentang melestarikan alam, termasuk dalam hal ini mengembalikan habitat perikanan sungai supaya bisa kembali sesuai habitat dan ekosistem yang ada. Memang beda sekali, sebelum tahun 90-an, lingkungan rumah masih banyak 'kalen' yang banyak ikannya, seperti wader, walaupun pas kemarau tidak berair, sekarang sudah tidak ada lagi, ujar Ajrudin menceritakan kondisi lingkungan rumahnya di wilayah Ngentakrejo.

Sementara itu, Arif, narasumber dari bidang kelautan pesisir dan pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan D.I.Yogyakarta menuturkan bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan yang ke-37 dari total 60 paket.

“Kegiatan ini kolaborasi antara pemerintah dan pemerintahan, eksekutif dan legislatif,” kata Arif. Bekerjasama dengan legislatif untuk menyasar lebih banyak perairan umum dengan lokasi yang tepat, dan bisa bersama-sama dengan orang-orang yang setiap harinya beraktivitas di sekitar kawasan perairan.

Restocking sumber daya ikan lokal daratan merupakan kegiatan konservasi bukan budi daya dan bertujuan menjaga kelestarian lingkungan serta menambah kembali populasi sumber daya ikan lokal endemik di perairan umum. Harapannya habitat perairan lokal bisa kembali seperti 20-30 tahun yang lalu dimana ikan lokal dapat dengan mudah dijumpai. Sebab saat ini banyak dikuasai oleh ikan yang berpotensi invasif.

Perairan umum daratan yaitu perairan yang ada di darat sampai garis pantai pasang tertinggi, tidak dimiliki perorangan, instansi maupun lembaga. Contohnya adalah sungai, waduk, rawa rawa.

Menurut hasil analisa kegiatan Dinas Kelautan dan Perikanan selama 4 tahun ini, ada 3 faktor yang menyebabkan terancamnya populasi ikan lokal:

1. Adanya pencemaran lingkungan, penurunan kualitas perairan kita

Misalnya limbah usaha yang hasil air residunya tidak disaring tapi langsung dibuang begitu saja

2. Ada kegiatan pemanfaatan sumber daya ikan yang tidak ramah lingkungan, setrum, potas dll

Bahkan ikan lokal yang tahan perubahan iklim ketika kena potas akan mati juga. Contoh ikan yang tahan pencemaran adalah ikan sapu-sapu, salah jenis filter feeder (hewan penyaring) Ikan ini menjadi salah satu indikator perairan, makin banyak populasinya menunjukkan kualitas air yang memburuk. Parahnya lagi ikan sapu-sapu sering dikonsumsi.

3. Potensi ikan invasif

Ikan invasif dapat mendominasi suatu perairan, makanan, tempat tinggal dan segala macamnya. Sehingga ikan lokal kalah bersaing. Selain itu Ikan lokal butuh waktu lebih lama untuk berkembang biak. Contohnya ikan Red Devil, Nila, Lele. Menurut Arif, Nila dan  lele tidak untuk  ditebar di perairan umum, khusus untuk kolam saja.

 

Selain itu ancaman berasal dari Ikan introduksi yang bukan ikan asli Indonesia, biasnaya diimpor karena adanya hobi masyarakat, misal arapaima, aligator, piranha yang dilepasliarkan ke perairan umum sehingga membahayakan ikan lainnya. Sedemikian berbahayanya ikan introduksi sehingga dilarang memiliki, membudidayakan dan memperjualbelikan. Arif mengungkapkan bahwa telah ada komitmen Jogja bebas ikan invasif dan predator.

“Kegiatan penebaran bibit akan dimulai pada akhir November atau awal Desember. Dengan harapan sudah mulai masuk penghujan, sehingga airnya sudah siap,” Kata Arif, “Ada 9000 ekor dengan 3 komoditas, yaitu, udang galah, ikan tawes, ikan wader,”

Menanggapi ketakutan masyarakat akan hilangnya ikan mengikuti arus sungai di musim hujan, Arif menjelaskan bahwa ikan yang sehat tabiatnya selalu melawan arus dan ketika sudah merasa nyaman di satu lokasi, ikan-ikan ini tidak akan pergi menjauh, dan pasti kembali lagi.

Ajrudin berharap sosialisasi ini dapat memberikan wawasan tentang pelestarian alam, termasuk dalam hal ini mengembalikan habitat perikanan sungai supaya bisa kembali sesuai habitat dan ekosistem yang ada dan para pemuda mampu bergerak menjadi duta-duta pelestarian alam.

Ia memaparkan bahwa potensi perikanan di DIY  masih sangat luar biasa apabila benar benar ditekuni, namun berbanding terbalik dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat di wilayah ini  termasuk paling rendah se-Indonesia.

Provinsi lain per orang rata-rata 70 kilo, rata rata nasional per tahun, sementara di DIY baru 24-25 kilo per tahun per orang,” ungkapnya. Oleh karena itu saat ini Pemda DIY menggalakkan bab perikanan mulai dari restocking sampai sosialisasi gemar makan ikan, sosialisasi alih teknologi ikan, cara memasak ikan, Hibah budidaya ikan, kolam bulat.

“Program-program ini dapat diakses oleh masyarakat,” pungkas anggota komisi B DPRD Provinsi DIY tersebut.

No comments

Tulis komentar Anda!